FX.co ★ Yuan Tiongkok mengarah ke level rekor terendah

Renminbi Tiongkok melanjutkan penurunan mengarah ke level terendah sepanjang sejarah. Para analis mata uang memperkirakan yuan turun 7,5% di akhir 2016, atau 15% dibandingkan dengan kurs mata uang saat ini. Namun, devaluasi mata uang nasional Tiongkok merupakan bagian dari kebijakan bank sentral negara tersebut. Hal ini berbeda dengan melemahnya mata uang Rusia, ruble, akibat sanksi dari negara-negara Barat dan jatuhnya harga minyak mentah. Otoritas Tiongkok mengambil langkah ini setelah menyadari hasilnya. Stabilitas mata uang yang bersifat sementara tidak sebanding dengan pulihnya pertumbuhan ekonomi yang stabil. Renminbi Tiongkok telah turun ke level 6,3628 terhadap dolar AS; namun, Tiongkok menetapkan target yang jauh lebih rendah. Hal ini tidaklah mengejutkan karena meningkatnya kurs yuan selama 10 tahun terakhir menjadi alasan utama dibalik kekurangan likuiditas yang menurunkan daya saing ekspor Tiongkok. Dengan begitu, saat ini anda dapat memperoleh 16 dolar AS setiap 100 yuan, sementara di 2005, dengan 100 yuan anda mendapatkan 12 dolar AS. Situasi ini tidak mendukung naiknya ekspor, namun beberapa ekonom yakin bahwa bank sentral Tiongkok berusaha untuk mencapai target lainnya, yaitu keseimbangan. Tiongkok telah lama mengendalikan nilai yuan dengan ketat, dimana hal ini menunjukkan bahwa kurs mata uang ini tidak berdasarkan pada perkembangan pasar global. Hal ini menghasilkan apa yang disebut tekanan dolar AS. Jika sistem keuangan Tiongkok mengalami masalah yang lebih buruk dari yang diyakini para ahli dan bank sentral gagal mencapai hasil yang sangat dibutuhkan dengan bantuan devaluasi, maka ekonomi global akan menghadapi masa-masa yang menantang. Tiongkok yang sebelumnya menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dunia, akan mengalami kesulitan untuk memainkan peran ini di masa mendatang.